Just another WordPress.com weblog

me

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas terselesaikan makalah mengenai sudut pandang Islam tentang etos kerja bangsa Jepang dan bangsa Indonesia. Rasa syukur ini kami panjatkan pula seiring dengan salah satu tujuan penulisan makalah ini sebagai upaya mewujudkan tujuan daripada Pendidikan Agama Islam adalah menciptakan ‘manusia yang baik dan bertakwa ‘yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya sesuai dengan syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud ketundukannya pada Tuhan.

Pandangan hidup muslim antara lain terwujud secara konkret dalam bentuk berbagai tugas (kewajiban) yang harus dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi seorang mahasiswa muslim, tugas utama yang wajib diembannya setidaknya ada 3 (tiga):

Pertama, menuntut ilmu-ilmu yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai mahasiswa yang aktivitas utamanya adalah belajar.

Kedua, mengkaji Tsaqofah Islamiyah (ilmu-ilmu keislaman). Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai seorang muslim yang dengan sendirinya harus berpikir dan berperilaku secara Islami.

Ketiga, mengemban dakwah Islamiyah. Tugas ini berkaitan dengan posisinya sebagai seorang muslim sebagai bagian dari keseluruhan umat Islam, yang harus mempunyai kepedulian terhadap keadaan umat dan harus berjuang untuk mengubah keadaan umat menuju keadaan yang lebih baik.

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali ‘Imraan [3]: 19).

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Sebagai penutup, marilah kita tetap belajar sungguh sungguh, tiada waktu hanya untuk memperbaiki diri sendiri. Semoga kita semua menjadi orang –orang yang pandai bersyukur. Amin ya Rabbal alamin.

Terimakasih atas perhatiannya, kalau ada kesalahan itu adalah kelemahan kami, mohon di maafkan dan diperbaiki, dan sekiranya ada yang benar, itu adalah milik Allah semata.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

DAFTAR ISI

  1. Kata Pengantar         ………………………………………………………….. 1
  2. Daftar Isi         ……………………………………………………………………. 3
  3. Pendahuluan              ………………………………………………………….. 4
  4. Bab I. Pandangan Islam Tentang Etos Kerja         ……………………. 6
  5. Bab II. Etos Kerja Bangsa Jepang  ……………………………..11
  6. Bab III. Etos Kerja Bangsa Indonesia         ……………………………..15
  7. Bab IV. Cara Pandang Muslim Terhadap Etos Kerja Jepang ….18
  8. Kesimpulan    …………………………………………………………………… 25
  9. Daftar Pustaka          …………………………………………………………..27

PENDAHULUAN

Dan Katakanlah: “Bekerjalahah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. ( QS At Taubah 9:105 )

“Janganlah sekali-kali di antara kalian ada yang duduk-duduk dengan mencari karunia Allah, sambil berdoa,”Ya Allah, limpahkanlah karunia kepadaku”’ padahal ia telah mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan hujan emas dan perak” (HR Bukhari Muslim)

Bekerja membuat manusia mampu mengeksplorasi segenap potensinya sehingga berhasil meraih kesuksesan. Sayangnya, itu tak cukup hanya dengan mau bekerja. Kesuksesan butuh lebih dari itu. Salah satu jawabnya adalah bekerja secara profesional.
Enny Ratnawati A.
“KETIKA bekerja, sesungguhnya engkau sedang mewujudkan mimpi terindah milik dunia, yang selalu menuntut kepadamu, kapan mimpi itu akan terwujud,” ujar Khalil Gibran dalam salah satu puisinya. Gibran juga berpendapat, orang akan tersingkir dari dunia apabila dia tidak bekerja. Tapi, kerja saja tidak cukup. Kecintaan pada pekerjaanlah yang membuat seseorang dapat mewujudkan mimpi terindah milik dunia itu.
Pendapat Gibran barangkali ada benarnya. Apalagi manusia, siapa pun itu, dibekali Tuhan dengan beragam potensi yang seharusnya dapat diaktualisasikan ketika ia bekerja. Memang tidak semua orang memandang kerja sebagai sarana eksplorasi dan bagian dari aktualisasi diri.
Sama seperti yang diungkapkan Gibran, ternyata bekerja saja tidak cukup. Paling tidak, pekerjaan yang dikerjakan dengan terpaksa tidak akan membuahkan kesuksesan. Bekerja pada dasarnya juga membutuhkan rasa cinta dan sebuah kesanggupan untuk bersikap profesional.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan etos kerja? Mengapa ia begitu dibutuhkan dalam bekerja? Secara etimologi, etos berasal dari bahasa Yunani. Mula-mula artinya adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna.
Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person, group or institution. Jadi, etos berarti : “Jiwa khas suatu kelompok manusia, yang pada gilirannya membentuk pandangan dasar bangsa tersebut tentang sesuatu yang baik dan yang buruk, yang akhirnya melahirkan etika dalam kehidupan kesehariannya”.

Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang.

Makalah ini sendiri akan melihat bagaimana analisis etos kerja bangsa Jepang dibandingkan Etos kerja Islam sebagai manifestasi program mewujudkan tujuan hidup di muka bumi yakni mencari Ridha Allah dengan mewujudkan diri sebagai khalifah di muka bumi. dan kaitanya dengan etos kerja Bangsa Indonesia.

BAB I

PANDANGAN ISLAM TENTANG ETOS KERJA

Islam memaknai tujuan bekerja tidak hanya dalam kehidupan duniawi tetapi juga berdimensi jangka panjang yaitu kehidupan akherat, dan dengan harapan masuk surga. Oleh sebab itulah dalam bekerja kita tidak menghalalkan segala cara namun mengikuti aturan dan mencari ridho Allah SWT.

Bekerja menjadi salah satu bagian dari syariat Islam dan keharaman berpangku tangan serta bermalas-malasan bagi orang yang     berkemampuan untuk bekerja. Allah SWT berfirman: Dan katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (At-Taubah : 105).
Suatu hari Nabi Muhammad saw menemui seorang sahabatnya bernama Sa’ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena bekerja sebagai tukang penghancur batu. Nabi bertanya “Wahai Saad, mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh ?” Saad menjawab, “tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku ya Rasul Allah”. Nabi yang mulia seketika mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata, “Demi Allah, Saad, tangan yang seperti ini tidak akan pernah tersentuh api neraka”.

Begitu besarnya penghargaan Islam terhadap kesungguhan bekerja ini, hingga Islam (Allah swt) menempatkannya dalam kategori ibadah. Artinya, aktivitas kerja dalam pandangan Allah (Islam) merupakan bagian dari ibadah yang akan mendapatkan bukan saja keuntungan material, tetapi juga pahala dari sisi Allah swt. Bahkan dalam beberapa hadits dikatakan, bahwa bekerja dengan sungguh-sungguh dapat menghapuskan dosa yang tidak bisa dihapus oleh aktivitas ibadah ritual sekalipun.

Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni.” [HR. Ahmad]

Sesungguhnya, di antara perbuatan dosa ada dosa yang tidak bisa terhapus (ditebus) oleh pahala shalat, sedekah (zakat), ataupun haji, namun hanya dapat ditebus dengan kesusahan dalam mencari nafkah penghidupan.” [HR. Tabrani]

Seseorang akan dikenal dan diperhitungkan berdasarkan kerja yang dilakukan. Selain kerja sebagai usaha memenuhi kebutuhan, juga sebagai penunjukkan jati diri masyarakat dengan ideologi yang diyakininya. Masyarakat di beberapa negara maju asia seperti Jepang, Korea Selatan dan Hongkong dikenal sebagai masyarakat pekerja. Satu dengan yang lain saling berlomba untuk bisa menjadi yang terbaik di Asia. Itulah yang disebut dengan fighting Spirit (semangat bersaing) dalam rangka mencapai idealisme ideologi yang mereka anut.

Fighting Spirit sudah ada dalam sistem ajaran islam. Dianjurkan kepada pemeluknya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Allah berfirman :

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 148)

Berniat untuk bekerja dengan cara-cara yang sah dan halal menuju ridha Allah adalah visi dan misi setiap muslim. Berpangku tangan merupakan perbuatan tercela dalam agama Islam. Umar bin Khattab pernah menegur seseorang yang sering duduk berdo’a di mesjid tanpa mau bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya. Umar berkata, Janganlah salah seorang kamu duduk di mesjid dan berdo’a, “Ya Allah berilah aku rezeki”. Sedangkan ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan hujan perak. Maksud perkataaan Umar ini adalah bahwa seseorang itu harus bekerja dan berusaha, bukan hanya bedo’a saja dengan mengharapkan bantuan orang lain.

Ada tiga tahapan yang harus dilakukan seseorang agar prestasi kerja meningkat dan kerjapun bernilai ibadah.

Pertama, kerja keras. Ukuran kerja keras adalah kesempatan berbuat, tanpa pamrih.

Kedua, kerja cerdas. Kepasifan dalam menghadapi pekerjaan membatasi seseorang tidak berusaha meningkatkan kemampuan profesionalismenya. Profesionalisme biasanya dijadikan ukuran dalam peningkatan prestasi di setiap pekerjaan.

Ketiga, ikhlas. Ukuran ikhlas berdasarkan ajaran Islam. Ikhlas dalam berkarya adalah kunci kejujuran. Banyak para pekerja yang dalam pekerjaannya tekun dan cerdas namun tidak ikhlas yang pada akhirnya menjadi petaka.

Dalam mengerjakan sesuatu, seorang muslim selalu melandasinya dengan mengharap ridha Allah. Ini berimplikasi bahwa ia tidak boleh melakukan sesuatu dengan sembrono, sikap seenaknya, dan secara acuh tak acuh. Sehubungan dengan ini, optimalisasi nilai hasil kerja berkaitan erat dengan konsep ihsan. Ihsan berkaitan dengan etos kerja, yaitu melakukan pekerjaan dengan sebaikmungkin, sesempurna mungkin atau seoptimal mungkin. Allah mewajibkan atas segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya, “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya“. (QS. As-Sajdah [32]: 7).

Selain itu muslim pun diminta itqan dalam mengerjakan sesuatu. Itqan berarti membuat atau mengerjakan sesuatu secara sungguh-sungguh dan teliti sehingga rapi, indah, tertib dan bersesuaian dengan yang lain dari bagian-bagiannya. Allah SWT berfirman, “Seni ciptaan Allah yang membuat dengan teliti (atqana) segala sesuatu” (QS. An-Naml [27]: 88).

Dengan demikian, bila Allah melakukan ihsan kepada manusia, maka manusia pun dituntut melakukan ihsan dalam kehidupan. Tegasnya, perintah ihsan merupakan perintah kepada umat Islam untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Semangat ini akan melahirkan etos kerja umat Islam yang tinggi dalam setiap profesi yang mereka tekuni.

Monastisisme dan asketisisme dilarang dalam Islam. Monastisisme adalah pandangan atau sikap hidup menyendiri di suatu tempat dengan menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Tujuannya hanya untuk bertapa tanpa niat untuk melakukan perubahan dan perbaikan masyarakat. Sedangkan asketisme adalah pandangan atau sikap hidup keagamaan yang menganggap pantang segala kenikmatan dunia atau dengan penyiksaan diri dalam rangka beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Semua yang dipaparkan diatas itu menuju kepada suatu nuktah yang amat fundamental dalam sistem ajaran islam, yaitu bahwa kerja atau amal, adalah bentuk keberadaan (mode of existence) manusia. Artinya, manusia ada karena kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi eksistensi kemanusiaan kita. Jadi jika failasuf  Perancis, Rene Descartes, terkenal dengan ucapannya, “Aku berpikir, maka aku ada” (Cogito ergo sum- Latin; Je pense, donc je suis – Perancis), karena berpikir baginya adalah bentuk wujud manusia,  maka sesungguhnya dalam ajaran islam ungkapan itu seharusnya berbunyi “Aku berbuat, maka aku ada. “

Pandangan ini sentral sekali dalam sistem ajaran Al Qur-an. Ditegaskan bahwa manusia tidak akan mendapatkan sesuatu apa pun kecuali yang ia usahakan sendiri.

Itulah yang dimaksudkan dengan ungkapan bahwa kerja adalah bentuk eksistensi manusia. Yaitu bahwa harga manusia – yakni, apa yang dimilikinya – tidak lain ialah amal perbuatan atau kerjanya itu. Manusia ada karena amalnya, dan dengan amalnya yang baik itu manusia mampu mencapai harkat yang setinggi-tingginya, yaitu bertemu Robb nya dengan penuh keridhoan.

“Barangsiapa benar–benar mengharap bertemu Robbnya, maka hendaknya ia berbuat baik, dan hendaknya dalam beribadat kepada Robbnya itu ia tidak melakukan syirik” QS Al Kahfi (18) : 110

Melakukan syirik bermakna, ketika tujuan pekerjaan kita telah beralih tidak lagi kepada Alloh Swt yang seharusnya menjadi sumber nilai intrinsik pekerjaan manusia, tapi malah kepada selain Nya.  Na’udzu billahi min Dzalik

BAB II

ETOS KERJA BANGSA JEPANG

Jepang bukanlah negara dengan penduduk kecil. Populasi negara ini hampir separuh populasi Republik tercinta. Di sisi lain, wilayah negara ini didominasi oleh pegunungan yang sulit untuk dihuni. Pegunungan yang tetap hijau, membuat kita menduga bahwa Pemerintah Jepang memang sengaja membiarkan kehijauan melekat pada daerah pegunungan tersebut. Tokyo adalah kota besar dengan jumlah penduduk terbesar se-dunia, mengalahkan New York dan berbagai kota besar di mancanegara. Besarnya penduduk, sempitnya dataran yang bisa dihuni, dan tingginya tingkat ekonomi mensiratkan dua hal: kerapian dan kebersihan. Anda akan sangat kesulitan menjumpai sampah anthrophogenik (akibat aktivitas manusia) di jalan- jalan di Jepang. Kemana mata anda memandang, maka kesitulah anda akan tertumbuk pada situasi yang bersih dan rapi. Orang Jepang meletakkan sepatu /alas kaki dengan tangan, bukan dengan kaki ataupun dilempar begitu saja. Mereka menyadari bahwa ruang (space) yang mereka miliki tidak luas, sehingga semuanya harus rapi dan tertata. Sepatu dan alas kaki diletakkan dengan posisi yang siap untuk digunakan pada saat kita keluar ruangan. Hal ini sesuai dengan karakteristik mereka yang senantiasa well-prepared dalam berbagai hal.

Jepang selama ini kita kenal sebagai salah satu negara didunia yang memiliki etos kerja yang hebat. Etos kerja yang baik ini menimbulkan suatu dampak kemajuan teknologi dan penguasaan teknologi,serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara jepang itu sendiri.

Etos kerja orang jepang terkenal dari dulu selama perang dunia ke 2 jepang yang merupakan negara kecil dapat menguasai sebagian besar wilayah asia dan Amerika Serikat sempat diluluhlantahkan (pearl harboar) hingga akhirnya bertekuk lutut setelah hirosima dan nagasaki di bom atom oleh sekutu

Semangat dan pantang menyerah merupakan ciri orang jepang, dari semboyan samurai yang menyatakan “Lebih baik mati dari pada berkalang malu”, ada juga istilah MAKOTO yang artinya bekerja dengan giat semangat,jujur serta ketulusan.belum lagi semangat dan semboyan serta falsafah yang lain yang dapat memacu kerja dan membentuk etos kerja para pekerja diluar negara jepang

Etos kerja seperti itulah yang membuat kepemimpinan perusahaan Jepang yang besar membentuk 3 sistem :

(1). Sistem ketenagakerjaan sepanjang hidup, yakni perusahaan biasanya tidak putus hubungan kerja.

(2). Sistem kenaikan gaji sejajar umur, yakni perusahaan menaikan gaji pekerjanya tergantung umur mereka.

(3). Serikat pekerja yang diorganisasi menurut perusahaan, yakni, berbeda dengan pekerja yang diorganisasi menurut jenis kerja, semua pekerja sebuah perusahaan, jenis kerja apapun, diorganisasi satu serikat pekerja.

Oleh ketiga sistem ini, pekerja menganggap dirinya kuat sebagai anggota perusahaannya dan merasa kesetiaan kepada perusahaannya. Di atas ketiga sistem ini, etos kerja dan budaya kerja orang Jepang berkembang. Kenyataannya, ketiga sistem ini dibentuk hanya di perusahaan besar, tidak ada di perusahaan kecil. Tetapi ketiga sistem ini menjadi teladan bagi perusahaan kecil juga.

Ciri-ciri etos kerja dan budaya kerja orang Jepang adalah,

1. Bekerja untuk kesenangan, bukan untuk gaji saja. Tentu saja orang Jepang juga tidak bekerja tanpa gaji atau dengan gaji yang rendah. Tetapi kalau gajinya lumayan, orang Jepang bekerja untuk kesenangan. Jika ditanya “Seandainya anda menjadi milyuner dan tidak usah bekerja, anda berhenti bekerja ?”, kebanyakan orang Jepang menjawab, “Saya tidak berhenti, terus bekerja.” Bagi orang Jepang kerja itu seperti permainan yang bermain bersama dengan kawan yang akrab. Biasanya di Jepang kerja dilakukan oleh satu tim. Dia ingin berhasil dalam permainan ini, dan ingin menaikkan kemampuan diri sendiri. Dan bagi dia kawan-kawan yang saling mempercayai sangat penting. Karena permainan terlalu menarik, dia kadang-kadang lupa pulang ke rumah. Fenomena ini disebut “work holic” oleh orang asing.

2. Mendewakan langganan. Memang melanggar ajaran Islam, etos kerja orang Jepang mendewakan client/langganan sebagai Tuhan. “Okyaku sama ha kamisama desu.” (Langganan adalah Tuhan.) Kata itu dikenal semua orang Jepang. Kata ini sudah motto bisnis Jepang. Perusahaan Jepang berusaha mewujudkan permintaan dari langganan sedapat mungkin, dan berusaha berkembangkan hubungan erat dan panjang dengan langganan.

3. Bisnis adalah perang. Orang Jepang yang di dunia bisnis menganggap bisnis sebagai perang yang melawan dengan perusahaan lain. Orang Jepang suka membaca buku ajaran Sun Tzu, The Art of War untuk belajar strategis bisnis. Sun Tzu adalah sebuah buku ilmu militer Tiongkok kuno, pada abad 4 sebelum masehi. Sun Tzu itu suka dibaca oleh baik samurai dulu maupun orang bisnis sekarang. Untuk menang perang, perlu strategis dan pandangan jangka panjang. Budaya bisnis Jepang lebih mementingkan keuntungan jangka panjang. Supaya menang perang seharusnya diadakan persiapan lengkap untuk bertempur sekuat tenaga. Semua orang Jepang tahu pribahasa Hara ga hette ha ikusa ha dekinu.” (Kalau lapar tidak bisa bertempur.) Oleh karena itu orang Jepang tidak akan pernah menerima kebiasaan puasa. Bagi orang Jepang, untuk bekerja harus makan dan mempersiapkan kondisi lengkap. Tentu saja di medan perang, kedisiplinan paling penting. Dalam buku Sun Tzu untuk mengajar kedisiplinan dilakukan cara yang sangat kejam. Tetapi sekarang disiplin diajarkan di sekolah dasar. Pendidikan di sekolah sangat penting. Masuk sekolah setiap hari tidak terlambat, ikut pelajaran secara rajin, hal-hal itu dasar disiplin untuk kerja di dunia bisinis.

Oleh sebab itulah Jepang menjadi negara maju yang patut diperhitungkan dan ditakuti di dunia setelah mengalami kehancuran yang dahsyat pada Perang Dunia II dengan dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang mampu bertahan dan bahkan bangkit dengan kekuatan yang sangat luar biasa menjadi suatu negara maju di kawasan Asia Timur, dan mampu menempatkan negara dalam posisinya dalam jajaran negara-negara dengan perekonomian terkuat di dunia. Hal ini dibuktikan pada pertengahan era 1990-an, Product National Bruto (PNB) Jepang mencapai US$ 37,5 miliar atau 337,5 triliun rupiah, yang sekaligus menempatkan Jepang pada posisi ke-2 setelah Swiss yang memiliki PNB tertinggi di dunia. Selain itu Jepang merupakan negara yang tidak memiliki utang luar negeri. Walaupun Jepang dikenal sebagai negara yang mempunyai banyak kekurangan antara lain dari segi fisik orang Jepang rata-rata berpostur kecil, wilayah teritorial yang sempit, dari segi tata letak geografis negara Jepang terletak di jalur lempeng pergeseran kerak bumi yang berpotensi rawan gempa bumi, sumber daya alam yang terbatas, dan masih banyak kekurangan yang lain.

Dari beberapa hal diatas dapat kita ambil kesimpulan(1), etos kerja bangsa jepang diantaranya:

1, Bersikap Benar dan berani Bertangung Jawab.

2. Berani dan Ksatria

3. Mengabdi dan Loyal

4. Bersifat Tulus dan Sungguh-sungguh

5. Menjaga Martabat dan Kehormatan

(1) Modul Agama Islam Bab 7 Etos Kerja Islam

 

 

 

BAB III

ETOS KERJA BANGSA INDONESIA

(2) Cak Nur = Nurcholis Majid Salah satu Tokoh Cendekiawan Muslim Indonesia

Indonesia dikarunia sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya adalah sebuah negara yang kaya, bangsa yang besar. Dan itu merupakan modal untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Kenyataannya rakyat miskin bertambah banyak, pengangguran semakin meningkat, dan banyak anak yang tidak bersekolah.

Mengapa semua itu bisa terjadi? ”Sekali lagi, hal ini disebabkan oleh etos bangsa Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Etos kerja sangat penting untuk memperkuat bangsa dari sudut kerja, karena semua bidang kehidupan seperti bisnis, politik, sosial, dan sebagainya sebenarnya bergulat pada sebuah dunia yang disebut kerja. Ada pekerja politik, pekerja bisnis, pekerja sosial, pekerja birokrasi, yang semuanya menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk pekerja. Lewat bekerja, kita membangun organisasi dan bangsa kita,” katanya penuh semangat.

Salah satu yang dianggap sumber kemunduran Indonesia menurut alm. Cak Nur(2) adalah soal etos kerja. Etos kerja bangsa kita dinilai sangat lemah. Sebuah gugatan kemudian muncul, apakah ada hubungannya dengan Islam ? sebagai anutan nilai sistem moral yang dianut mayoritas negeri ini apakah Islam membentuk mentalitas etos kerja tsb? Tentu saja tidak. Dan ini sekali lagi bukti hubungan membias bahwa nilai-nilai Islam tidak hadir sebagai spirit hidup tapi hanya tercermin dalam ritualitas simbolik, yang seringkali muncul adalah pertengkarkan persoalan-persoalan yurisrudensi (fiqh) tentang sesuatu ini boleh atau tidak. Agama dibonsai, padahal ia lebih luas dari sekedar masalah hukum dan ritual formal…. Semua dimensi hidup ini sendiri sesungguhnya adalah hamparan sejadah panjang….  Sayang bila dinegeri kita Islam hanya hadir sekedar menjadi ritual simbolik, belaka

Etos kerja’ orang Indonesia” adalah (3)

(1) Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di mulut lain di hati;

(2) Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing hitam;

(3) Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati daripada menghormati dan lebih mementingkan status daripada prestasi;

(4) Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib;

(5) Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, plinplan, dan gampang terintimidasi. Dari kesemuanya, hanya ada satu yang positif, yaitu

(6) Artistik, dekat dengan alam

Pandangan Mochtar Lubis ini kemudian dipertanyakan kembali oleh Jansen. Benarkah Indonesia memiliki etos seperti itu? Namun Jansen H. Sinamo mengakui bahwa etos orang Indonesia di atas memang sulit dipungkiri, tampaknya merupakan sebuah kenyataan yang pahit.

Secara sosiologis kita harus mengakui bahwa umat Islam merupakan bagian terbesar dari bangsa ini. Bertolak dari realita ini, umat Islam Indonesia dengan ajaran Islamnya merupakan kelompok yang pertama kali bertanggungjawab terhadap pembinaan dan pengembangan etos kerja bangsa tercinta.

(3) Menurut Mochtar Lubis dalam Buku Manusia Indonesia thn 1997

Etos kerja yang rendah ini, ber-implikasi menempatkan umat Islam termarjinalisasi dalam ekonomi. Kelompok terbesar dari bangsa ini sering dikalahkan dalam bidang ekonomi oleh kelompok minoritas tanpa rnelalui perebutankekuasaan,tetapi cukup melalui solidaritas antara sesama mereka. Untuk melakukan perbaikan ekonomi ini, etos kerja yang tinggj perlu dimiliki, disamping pening-katan SDM, dan ukhuwah islamiyah

BAB IV

CARA PANDANG MUSLIM TERHADAP ETOS KERJA

BANGSA JEPANG

Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 :’Kalau kamu pandai bersyukur Aku akan tambahkan nikmat kepadamu, tapi kalau kamu tidak pandai bersyukur tunggulah azab Ku yang pedih”

Kemudian Nabi Muhammad saw bersabda kepada umatnya : siapa siapa yang pandai bersyukur kepada Allah, maka ia pun pandai bersyukur kepada manusia, dan begitu pula sebaliknya.(HR.Buchari dan Muslim )

Allah berfirman dalam surat Al A’raaf ayat 10; sesungguhnya Allah telah
menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Aku(Allah) adakan bagimu sumber penghidupan.
Amat sedikitlah kamu bersyukur.
Allah lah yang menciptakan kita (manusia) dengan sempurna, dan Allah turunkan pula buku Pedoman hidup manusia, agar mereka bisa hidup bahagia, sejahtera, selamat dan harmonis dimuka bumi ini, dan agar selamat dari api neraka di akhirat. Allah Maha Tahu dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jadi peringatan2 dan kabar kabar gembira yang tertulis dalam Alquran dan Hadits, adalah sangat sangat benar, dan tidak akan meleset.Yang bisa meleset adalah ciptaan manusia.

Firman Allah dan sabda Rasulullah adalah benar sepanjang masa ,sampai akhir alam ini.Jadi kalau ada yang bertanya kenapa bangsa Jepang bisa maju, makmur, dan dapat menghilangkan orang minta minta..dari negeri Sakura ? Hanya satu jawaban yang benar dan hakiki adalah karena mereka pandai bersyukur, baik kepada Allah sebagai pencita dan pemberi, maupun kepada manusia yang telah berbuat baik kepadanya. Mereka mengikuti aturan aturan Tuhan (syariat).Tuhan akan selalu tambahkan nikmat nikmat itu kepada orang yang bersyukur.Tidak meleset. Sungguh benar Allah.
Karena bangsa Jepang pandai mensyukuri semua pemberian Tuhan kepadanya dengan sebaik baiknya sesuai dengan aturan aturan Tuhan yang memberi,misalnya pemberian; akal, waktu, panca indra, kesehatan, dan alam semesta (bahan bahan baku hasil tambang,hasil laut, tumbuh tumbuhan,udara,air,dll.) dan berakhlaq mulia. Oleh karena itu Tuhan menambahkan nikmat2 (rezeki,kemajuan,ilmu, kebahagian, kesejahteraa, kemakmuran, kedamaian, keharmonisan, dll ) kepada rakyatnya.

Marilah kita lihat bagaimana cara Jepang mensyukuri pemberian Tuhan; seperti akal, waktu dan isi alam semesta ini,..apakah sesuai denga kemauan Allah yang ada dalam Al Quran dan Hadits..?   Sebelum kita menguraikan,marilah kita difenisikan lebih dahulu, apa arti bersyukur menurutAlQuran.danHadits.
Arti bersyukur bukanlah sebagaimana yang tertulis dalam kamus2 bahasa Indonesianya itu; “Terimakasih” dan  Alhamdulillah. Kemudian selesai sudah, tidak demikian, arti sesungguhnya  jauh lebih dalam dari itu
Arti bersyukur menurut Al Quran dan Hadits adalah sebagai berikut di bawah ini.
1. Hendaklah selalu mematuhi peraturan Allah SWT. Mengikuti perintah-perintahNya dan menjahui laranganNya

2. Hendaklah selalu mengingat Allah yang Pemberi nikmat dan Pencipta
Agung.(berzikir)
3. Hendaklah menggunakan pemberiat Allah tsb sesuai dengan kemauan
Allah.
4. Hendaklah membaca dan memahami buku Pedoman Hidup manusia Al Quran dan Hadits sebaik-baiknya.

5. Kalau mendapat musibah, bacalah “innalillahi wainna illahi
rajiuun”semua adalah milk Allah dan akan kembali kepada Allah swt.
6. Kalau mendapat karunia Tuhan, bacalah” Alhamdulillah ”

Bersyukur  kepada manusia yang telah berbuat baik;( orang yang pandai bersyukur kepada Allah mereka juga pandai bersyukur kepada sesama nya dan begitu pula sebaliknya.

1. Do’akan selalu dalam shalat orang orang yang berjasa dalam
kehidupan kita, agar hubungan bathin tidak terputus.
Allah Maha Tahu gerak gerik hati manusia.

2. Berusahalah menyenangkan atau mengembirakan orang yang telah membantu kita. Pandai pandailah membalas budi baik dengan kebaikan pula. Jaga hubungan atau selalu bersilahturahmilah dengan dia.

3. Janganlah cepat melupakan pertolongan orang. Kalau bertemu
kembali, walaupun sudah berbulan atau bertahun tahun, ucapkanlah kembali “terimakasih” dengan rendah hati atas bantuan bapak, ibu atau teman yang diberikan dulu kepada kami, karena bantuan atau pertolongannya itu sangat berharga sekali dalam menolong kami.
Hati orang yang menolong disenangi, kalau minta bantuan kembali, akan mudah didapat.

4. Gunakanlah atau fungsikanlah pertolongan atau bantuan atau sebuah hadiah itu sesuai dengan keinginan si pemberinya.
Demikianlah pemahaman arti bersyukur menurut Al Quran dan Hadits. Alangkah indah dan cantiknya aturan aturan Tuhan tersebut diatas kalau  dilaksanakan.
Marilah kita lihat cara cara Jepang mensyukuri pemberian Tuhan:

Akal, Allah memberikan akal kepada manusia. Akal biasa digunakan manusia untuk berpikir, belajar, juga agar dapat mengolah pemberian Tuhan yang bertebaran dimuka bumi ini, selain untuk mensyukurinya juga untuk kesejahteran manusia itu sendiri. Kalau hidup kita sudah sejahtera, maka beribadah kepada Allah akan semakin lebih mantap dan nyaman. Orang Jepang sangat pandai memfungsikan / menggunakan akalnya dengan baik dan lebih sempurna. Mereka rajin membaca buku dan belajar mencari ilmu. Mereka sadar sekali bahwa dengan banyak ilmulah maka mereka bisa mengolah pemberian Tuhan secara baik dan optimal. Dengan kata lain, orang yang tidak menggunakan akalnya dengan baik maka mereka juga tidak akan bisa mengolah pemberian Allah secara optimal. Makin optimal akal seseorang digunakan, makin tinggi derajat kesejahteran kehidupannya. Orang Jepang sudah sangat pandai mensyukuri akal yang diberikan Tuhan dengan tepat guna.

Waktu, Allah memberikan waktu 24 jam perhari kepada setiap orang. Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Dalam waktu 24 jam itu, ada orang yang bisa berpengasilan 100 juta rupiah dan ada pula yang tidak berpengasilan sepersenpun. Ada bermacam macam pendapatan. Produktifitas sudah tentu banyak tergantung pada kerja keras, membanting tulang, rajin belajar mencari ilmu, plus berdo’a kepada Allah swt. Orang Jepang bisa hidup sejahtera, bisa menghilangkan kemiskinan dari bumi Sakura, semua itu tidak lepas daripada pandainya mereka mensyukuri pemberian pemberian Allah dengan baik dan optimal. Pandai mensyukuri waktu yang terbatas dan pandai mensyukuri akal dengan banyak belajar. Dengan ilmu yang memadai maka hasil hasil bumi dan laut baru bisa diolah untuk kesejahteraan umat manusia. Bagi orang Jepang “waktu” sangat berharga. Mereka selalu berjalan cepat cepat, tidak mau bersantai santai, selalu tepat waktu dan memenuhi janji. Mereka rajin dan tekun dalam bekerja, sehingga dalam waktu24 jam itu, mereka bisa memproduksi barang barang jauh lebih banyak dari negara negara lainnya. Mereka benar benar mensyukuri “waktu” dengan baik sekali. Inilah salah satu sebab kenapa Nabi bersabda; tuntutlah ilmu sampai ke Jepang(china). Nabi sudah mengetahui lebih dahulu, bahwa orang Jepang lebih pandai bersyukur dari pada orang2 Arab yang masih jahiliyah.

Ilmu, Allah memerintahkan pada Nabi Muhammad saw “bacalah bacalah” dan juga ada  sebuah firman Allah ” meninggikan Allah beberapa derajat, bagi orang yang berilmu.” Allah memberikan akal,mata,dan juga pendengaran agar manusia bisa mencari ilmu,atau agar manusia bisa mensyukuri pemberianTuhan itu. Kita dapat melihat masyarakat Jepang itu suka membaca buku buku, baik dirumah maupun di
perjalanan. Mereka tidak suka membuang buang waktu sia-sia. Ternyata dengan ilmu yang banyak mereka proleh dari membaca, mereka dapat mengolah bahan bahan mentah yang diberikan Allah menjadi ribuan macam barang barang yang bermanfaat untuk manusia dan makhluk Tuhan lainnya.. Misalnya bahan mentah : besi. Dengan
bahan besi mereka dapat membuat mobil, kapal laut, dan alat alat kantor dan rumah serta pertanian lainnya. Begitu pula bahan mentah dari minyak; mereka dapat mengolah menjadi ribuan macam barang plastik yang bermanfaat untuk manusia dan umat islam. Jepang benar benar telah pandai mensyukuri mata ,waktu, pendengaran untuk mencari ilmu,dan ilmu yang didapat dusyukuri dengan mengolah pemberian2 Allah yang lain. Semua itu untuk kesejahteraan umat manusia agar hidupnya sejahtera, bahagia, tertib, bersih dan harmanis. Dan akhirnya dapat beribadahkepada Allah dengan rasa nikmat dan aman.

Udara, banyak dari kita tidak menyadarinya, bahwa salah satu pemberian Alah yang sangat penting adalah udara atau oksigen.( O2), tanpa oksigen manusia tidak bisa hidup. Oksigen akan terasa mahal kalau kita sedang sakit dan sangat memerlukan oksigen. Sampai sampai untuk mendapatkan oksigen dari rumah sakit kita harus membayarnya dengan mahal, malah bisa sampai jutaan rupiah. Tapi oksigen yang kita hirup sehari hari yang kita tidak pernah membayar beberapa rupiahpun kepada Allah. Bahkan sebagai pemeliknya, terkadang kita sampai melupakan Allah swt. sebagai pemilik diri kita. Nauzubillah min dzaliq. Masyarakat Jepang sangat pandai mensyukuri udara yang dihirupnya. Mereka menjaga udara agar selalu bersih dengan cara menanam pohon pohon kayu di kota kota besar. Dan melarang mobil mobil yang mengeluarkan asap yang terlalu kotor dan hitam, karena itu adalah racun yang berbahaya bagi pernafasan manusia dan binatang. Begitupun mereka melarang pabrik pabrik yang membuang asab beracun. Mereka yang memiliki pabrik pabrik diharuskan berusaha memperkecil resiko rusaknya kebersihan udara. Demikianlah Jepang pandai mensyukuri pemberian Allah yaitu udara (hidup akan sehat dan enak kalau udaranya bersih)

Sungai dan air, Allah mendistribusikan air yang diperlukan oleh manusia, binatang dan tumbuh tumbuhan melalui sungai sungai. Tanpa air yang bersih makhluk akan mati. Begitulah penting nya air, kini kita bisa menyaksikan kenyataan benua Afrika dan India, dimana tidak ada air, semua sungai kering. Akibatnya banyak binatang dan tumbuh tumbuhan yang mati kekeringan. Terjadilah malapetaka kelaparan dan kehausan bagi manusia. Suatu peristiwa yang sangat menyedihkan.

Demikianlah pentingnya air dan sumber air yaitu sungai sungai.
Bagi masyarakat Jepang sungai adalah sumber air bersih untuk diminum oleh manusia dan binatang. Mereka sangat pandai menjaga kebersihan sungai sungai, tiada sampah dan kotoran kotoran yang dibuang ke sungai.  Aliran sungai ditempat mereka semuanya kelihatan bersih dan jernih. Betul betul kelestarian sungai selalu sangat disyukurinya. Dari sungai yang bersih mereka juga mendapat manfaat untuk berkreasi, memancing ikan yang segar segar. Mereka juga dapat berlayar dan bersampan sampan yang berwarna warni. Airnya bersih dan jernih,tiada berbau sedikitpun sangat enak dan indah dipandang mata, dan sangat enak mencium yang tidak berbau busuk. Juga Nabi sudah bersabda bahwa; “kebersihan itu adalah sebagian dari iman”
Melihat dan instropeksi, dari beberapa contoh diatas, dapat kita simpulkan bahwa orang Jepang banyak yang belum beragama Islam TAPI dalam menjalankan kehidupan sehari-hari khususnya dalam kehidupan dunia sudah sesuai dengan syariat Islam yang tertulis dalam Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW

KESIMPULAN

Kita umat Islam,baik di Indonesia, maupun di negara2 Islam lainnya, ang selalu membaca,  membuka Al Quran  sebagai buku pedoman hidup dari Tuhan Pencipta dan begitu kurang mengamalkannya dengan baik dan sempurna sehingga tetap saja menjadi masyarakat miskin. Pada hal tanah air kita adalah tanah yang kaya raya dari sumber alamnya yang diberikan kepada bangsa Indonesia dibandingkan dengan negara Jepang yang tidak memilki sumber alam yang kaya.

Dari beberapa hal diatas dapat kita ambil kesimpulan sebagai instrospeksi diri untuk menjadikan   Bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang Madani, seperti yang kita cita-citakan bersama. Yaitu :

1. Kita sering membaca Al Qur’an dan Hadits, tapi kita tidak memahami isi yang terkandung dalam kitab kitab itu? begitu pula bacaan shalat yang dibaca setiap hari 5 kali, tidak tahu artinya,..masha Allah, mudah2an Allah mengampuninya dan memberi petunjuk pada nya amin..

2. Kita sering mensucikan diri dan Qolbu kita dengan melaksanakan shalat 5 kali sehari, tapi kita masih melihat sampah sampah di sungai sungai, di jalan jalan, di pasar pasar dan bahkan di
mesjid mesjid WC nya masih kotor dan bau sekali? nauzubillah..

3. Kita sering berdo’a lama di mesjid, atau dirumah-rumah, tapi jarang permohonan itu di kabulkan, tetap saja keadaan tidak berobah, karena kita tidak mau introspeksi diri

4.  Kita tahu bahwa hidup ini pasti akan berakhir mati, tapi kesempatan emas (hidup) ini  tidak digunakan untuk berbuat kebaikan, berkarya yang bermanfaat, malah diabaikan  saja, waktu lewat habis sia sia, tidak bermakna dan bermanfaat kepada manusia banyak? dan sudah tahu nanti akan diminta pertanggung jawaban. di akhirat.
5. Memang kita ini mencari hidup yang baik diakhirat yang kekal, tapi hidup dunia ini haruslah di syukuri  dengan banyak berkarya yang bermanfaat. Bukankah orang yang beramal saleh ( karya yang baik dan bermanfaat ) yang bisa masuk surga ?

6.  Kita tahu mencari uang begitu susah, tapi setelah mendapat rezeki, bukan disimpan   baik baik di dompet, tidak disyukuri,   malah di lipat lipat, digulung gulung sampai lecek dan kumal, sering kelihatan di mesjid2 (kotak amal) dan di pasar pasar. Nauzubillah.

Buku pintar “Al Quran dan Hadits ” kitab suci umat Islam dari Allah sebagai buku pedoman hidup sudah ada ditangan kita. Bagi umat islam Indonesia hanya tinggal meyakininya, memperbaiki sungguh sungguh bagaimana cara “bersyukur yang tepat guna ”   sesuai dengan petunjuk petunjuk al Quran atau mencontoh kepada Jepang yang sudah berhasil, sebagaimana Nabi Muhammad saw menganjurkan ; ” hai umat ku, tuntutlah ilmu sebanyak banyaknya sampai ke negeri Jepang (China) dan janganlan kamu berhenti belajar sampai kamu keliang kubur “

DAFTAR PUSTAKA

  1. Suyono Abdul Mubarok Sag, Modul Agama Islam Pertemuan Ke 7 Etos Kerja dalam Islam
  1. Srijanti, dkk., Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, (Yogyakarta : Graha Ilmu, , 2007), Cet. Ke – 2,
    1. 5. Sumber : Buletin Mimbar Jum’at No. 15 Th. XII 11 April 2008
    2. Situs Internet Ade Hashman Site’s
    3. Situs Internet My WordPress Design,  Blog Mailist Pandji Winoto, Iin Fortina Artikel ( Karyawan PT Addpluss tech Ind )
    4. Daarut-tauhiid · Milis Islam Cyber-Santri Daarut Tauhiid LOOK TO THE EAST AND LEARN FROM JAPAN 2 LOOK TO THE EAST AND LEARN FROM JAPAN 2 “Taufik Bey” <taufikbe@centr
  1. Situs Internet  Oleh Hendry Risjawan ( Mencintai Pekerjaan Menuju Sukses )  Bravenet Blog – Atiga al Islam Indonesia
  2. Rizaldy Siregar SAg, Naskah Seri Pembangunan – Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam.

Comments on: "Contoh Makalah Pend. Agama Islam" (1)

  1. Ass.
    bagus mas makalahnya
    ijin copy paste ya mas.
    untuk bahan ujian makalah agama islam.
    Wslm

    terima kasih

Tinggalkan Balasan ke ichol Batalkan balasan